Jumat, 02 Desember 2011 - 0 komentar

The Last Gift

Minggu sore ini, Alexa meluangkan waktunya untuk pergi ke taman kota. Sore ini taman kota terlihat begitu sepi, hanya ada beberapa remaja dan anak anak kecil yang sedang menghabiskan sisa sore mereka. Alexa berjalan menyusuri jalan setapak menuju bangku taman yang berada di dekat sebuah kolam ikan yang bersih dan indah serta diisi dengan ikan ikan yang bercorak indah. Dibangku itulah Alexa akan menemui Nathan, temannya sejak kecil. Alexa merasa senang, tapi bukan rasa senang biasa. Entah kenapa Alexa merasa begitu senang saat ini. Yang pasti jantungnya berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya. Rasa yang selalu ia rasakan ketika Nathan berada di dekatnya. Alexa ingat akan kebersamaan mereka saat SMA dulu.
"Nathan!!!" Panggil Alexa saat Ia melihat seorang laki laki tengah duduk di bangku taman.
Laki laki itu menoleh ke  belakang dan melambaikan tangannya. "Hai!"
Senyum Nathan tak seperti biasanya, Ia lebih mirip meringis daripada terrsenyum.
Dengan cepat Alexa menghampiri Nathan dan duduk di sampingnya.
"Nathan! ah haha 6 bulan nggak ketemu kamu rasanya udah berapa tahun." Ucap Alexa membuka percakapan.
Nathan menoleh, memaksakan seulas senyum untuk wanita disampingnya itu.
"Iya, gimana kuliah kamu?"
"Baik. Kamu? Aaah, pasti asyik yaa kuliah di luar negeri!" Jawab Alexa yang kemudian memandang ke arah langit.
"Hmmmm" Gumam Nathan sambil tersenyum dan memandang wajah Alexa. suasana hening untuk beberapa waktu.
"kok hening sih? Tanya Alexa. Sekarang Alexa balik memandang Nathan. "Kamu sakit?" Alexa khawatir.
Nathan menggeleng. "Nggak kok, aklu cuma sedikit kecapekan."
Suasana pun kembali hening.
Tiba tiba, Nathan menyodorkan sesuatu pada Alexa. "Apa ini? tumben kamu ngasih kado? Aku kan ngga lagi ulang tahun." Alexa merasa bingung.
"Kita kan udah lama ngga ketemu, Lex. Jadi nggak apa apa dong." Ucap Nathan sambil tersenyum
Senyum itu. senyum yang membuat Alexa berdebar. Senyum yang membuat Alexa trersihir.
"Udah deh, ngga gitu juga mandang aku nya. Aku tahu aku ganteng." goda Nathan. Alexa hanya membuang muka sambil ketawa.
"PD meter kamu ngga berubah!" Ucap Alexa
"Lex, kamu inget kita masuk BK gara gara kabur?" tanya Nathan.
Alexa tibatiba tertawa kencang. "Iya, aku inget! Sampai kita disangka pacaran yang kelewat batas."
"Sampai guru bilang "Nikahin aja Nathan sama Alexa!" timpal Nathan yang tawanya semakin melemah.
Nathan melihat jam tangannya. "udah sore banget. kamu nggak pulang?"
"kamu nggak mau mampir dulu kerumah aku?" tawar Alexa. Nathan menggeleng sambil tersenyum.
"Rumah aku deket dari sini, mampir yuk! Dari tadi aku lihat wajah kamu pucat gitu. kamu sakit, Than?" tanya Alexa yang sedikit khawatir.
"Aku cuma capek. kamu pulang aja, aku juga mau pulang kok!" jawab Nathan
Alexa masih memandang Nathan
CUP. Tiba tiba Nathan mencium pipi kanan Alexa. sontak Alexa kaget, terkejut, dan membulatkan matanya.
"Sana pulang! hati hati yaaaa." Ucap Nathan. Alexa hanya tersenyum dan mengangguk pelan.
"bye.. see you yaaah" Pamit Alexa sambil beranjak dari tempat duduknya.
Nathan menengadahkan kepalanya untuk tetap bisa melihat wajah Alexa. tangannya diangkat sedikit dan melambai.
"Besok aku tunggu disini jam 1 siang ya Lex!" pesan terakhir Nathan.
Alexa pun mengangguk sambil terus berjalan menjauh pergi.
Nathan melihat punggung Alexa yang semakin lama semakin menjauh dari pandangannya. Tiba tiba Ia meringis kesakitan sambil memegangi perutnya yyang sedari tadi Ia tutupi dengan jaket hitam kesayangannya.
Tangan kanan yang sedari tadi berada di bawah jaket untuk menahan luka di perutnya, kini sudah dilumuri banyak darah akibat luka tusuk yang ia terima. Tangan kiri Nathan mencengkram jaket itu dengan kuat. berharap bisa menghilangkan rasa sakit di perutnya.
"Aaah sakiiit.." Lirih Nathan.
Nathan memejamkan matanya dan membukanya lagi. Pandangannya mulai kabur. Seluruh tubuhnya melemah seakan kehilangan seluruh tenaganya. Dan akhirnya, pandangan Nathan berubah menjadi gelap.
#######
Alexa merebahkan tubuhnya ditempat tidur birunya. Alexa pun bangkit dan hendak mengambil kotak pemberian Nathan tadi. Tapi gerakannya terhenti saat ponselnya berdering.
"Irin?" gumam Alexa saat melihat nama penelpon yang tertera di ponselnya. "Hallo?"
"Lex, Nathan kecelakaan! Dia ditusuk orang ngga dikenal!!" ucap Irin di seberang sana.
"Apa?" #qertgrewejkebghkdtsfd
Kebahagiaan Alexa seolah runtuh seketika. Matanya membulat dan mulutnya sedikit terbuka. Tanpa berkata kata lagi, Alexa segera berlari keluar kamar dan menuju rumah sakit yang diberi tahukan oleh Irin.
########
Pemakaman ini hening. seolah ikut merasakan luka hati seorang wanita yang sedang menatap batu nisan dihadapannya. Sunyi. Sendiri. Nama Nathan Hadrian terukir rapi di batu nisan tersebut. Sudah hampir 1 jam Alexa berdiam diri di pemakaman Nathan. ia tidak tahu harus berbuat apa selain diam, menangis, dan menatap batu nisan dihadapannya. Alexa mengelus lembut batu nisan itu dan mulai beranjak berdiri. Perlahan kakinya melangkah menjauhi pemakaman tersebut. Waktu menunjukkan pukul 1 siang. Alexa pergi ke sebuah taman, dimana ia dan Nathan bertemu untuk terakhir kalinya. ia duduk dibangku tempat Ia dan Nathan mengobrol kemarin sekaligus tempat Nathan menutup usianya.
Alexa memandang kosong ke depan sambil memegang kotak pemberian Nathan. Ia menyesali ketidak pekaannya saat bertemu dan melihat kondisi Nathan. Seharusnyaaaa......
Alexa pun membuka kotak yang dipegangnya. Ia tersenyum getir saat melihat sebuah kalung putih tersimpan didalamnya. Sekarang matanya terrtuju pada secarik kertas merah muda. Alexa membukanya dan membacanya
"WOULD YOU BE MINNE???"
Seketika tangisan Alexa pecah. Kata kata itu. Kata kata yang seharusnya membuat Ia senang, kini berbalik menyayat hatinya.

-Adinary-