Jumat, 30 September 2011 - 0 komentar
Rabu, 28 September 2011 - 0 komentar

Gelang dari Gilang

    Wajar bila aku merasakan penyesalan saat ini, menyesal atas semua perbuatanku, menyia-nyiakan cintanya. Meski seharusnya aku pantas mendapatkan semua ini, karena rasa penyesalan lah yang kini hadir saat ini.Mungkin tidak aneh bila seumuranku, atau bisa dibilang 15 tahun mencintai seorang laki-laki yang dikagumi, tapi kini terasa berbeda. Aku sempat berpacaran dengan Gilang, laki-laki yang sekarang sangat aku cintai, tapi hubungan kami tidak lama, karena sifatku yang bosanan waktu itu. Tapi kini semuanya berubah, semenjak aku putus dengan nya aku malah berbalik mencintainya, tapi kesempatanku untuk dapat lagi dihatinya kini sudah tidak mungkin lagi, karena dia pasti sangat sakit hati ketika aku putuskan cintanya. Karma itu memang benar ada, dan langsung terjadi. Tapi tidak ada salahnya bila aku masih berharap memilikinya sampai sekarang, berharap ia masih mencintaiku.Tapi harapanku kini pudar, rasa sakitku kini hadir kembali, aku mengharapkan yang kini bukan milikku, menginginkan seseorang yang tidak lagi mencintaiku, setelah aku tahu saat ini dia mencintai orang lain, bahkan bisa dibilang kini ia telah melupakanku."Ayolah Rish siapa cowok yang lagi kamu suka?" tanya Mudhe yang saat itu begitu penasaran."Kalo kamu tahu, kamu pasti kaget banget Mudh." jawabku memberikan sedikit klue."Hmmm? Siape gitu ihh? Penasaran nihhh. Janji gak akan bilang siape-siape deh!" ucap Mudhe lagi memaksaku, rasanya tidak adil bila aku tidak menjawab jujur pertanyaan temanku ini, ia selalu terbuka masalah percintaannya kepadaku, tetapi kenapa aku tidak? Aku akan memberanikan diri untuk menjawabnya meskipun aku tahu kalau temanku ini pasti akan sangat shock ketika aku bilang kalau laki-laki yang aku suka ternyata mantanku sendiri, "Gilang." ucapku dengan nada sedikit pelan. Mudhe terdiam sejenak, "Apa? Gilang? Dia kan mantan kamu Rish." ucap Mudhe dengan nada sedikit berteriak."Syuuuuuut! Iyah jangan bawel deh, Gilang mana lagi coba?" ucapku mencoba menjelaskan. Mudhe terdiam kembali, masih tidak percaya sengan jawabanku. Perkiraanku benar, ia terlihat sangat shock dengan jawabanku."Kenape harus Gilang? Terus kenape kamu bisa suka lagi ke dia? Kalo masih suka kenape kemaren diputusin?" tanya Mudhe berturut-turut dengan wajah bingungnya. Aku diam tidak menjawab pertanyaannya, aku sedang mencari jawaban yang pas agar dapat membuat Mudhe percaya."Aku juga gak tahu kenapa suka sama dia, justru karena itu Mudh aku nyesel mutusin dia kemaren. Maklum lah aku yang kemarin kan orangnya bosenan, tapi sekarang enggak. Ehhh Mudh kira-kira masih ada harapan gak dia suka lagi ke aku?" tanyaku yang seketika membuat raut wajah Mudhe tiba-tiba berubah menjadi sedikit murung. Aku penasaran dengan raut wajah Mudhe yang tiba-tiba berubah, sebenarnya ada apa dengan Gilang? Tiba-tiba perasaanku tiba-tiba berubah jadi tidak enak. "Kenape Mudhe? Apa jangan-jangan Gilang........." belum selesai aku berbicara lalu tiba-tiba Mudhe memotong. "Dia suka ke Aswar." ucap Mudhe sambil menundukan kepala dengan nada yang pelan. Aku langsung diam, Aswar atau bisa dibilang Astri Wardani, teman sekelasku ketika kelas dua Smp. Aku memang sempat dengar berita tentang kedekatan mereka, tapi belum pasti. Tetapi setelah mendengar perkataan temanku Mudhe, sudah pasti kalau Gilang memang benar-benar suka kepada Aswar. Tidak mungkin temanku berbicara bohong ataupun hanya gosip."Tapi mereka gak pacaran kok, masih ada kesempatan buat kamu."ucap Mudhe mencoba menghiburku yang sudah jelas-jelas sangat sedih mendengar kabar itu. Aku tetap diam tidak mengucapkan sepatah kata pun.***Hingga keesokan harinya kabar yang menyedihkan itu pun terdengar ditelingaku. "Rish, Gilang ngasih gelang ke Aswar." ucap Mudhe memberi kabar buruk kepada ku. Gelang? Barang yang sederhana tapi bila diberikan akan menjadi arti yang luas, Gilang memberikan Aswar gelang. Sungguh sangat membuat aku kecewa, bila Gilang memberikan Aswar gelang itu sama saja menandakan kalau Gilang memang benar-benar mencintai Aswar, bukan aku."Kata siape Mudh?" tanyaku."Kata Aswarnya sendiri, kayaknya Gilang emang bener-bener suka deh ke Aswar." jawabnya menjelaskan. Aku hanya diam, tidak lama kemudian air mataku menetes tak terbendungi. Mudhe mencoba menenangkanku, tapi tetap saja aku tidak dapat menahan rasa sakitku ini. Selama ini aku menyianyiakan waktuku hanya untuk mengharapkan Gilang kembali, mengharapkan laki-laki yang sudah jelas-jelas mencintai orang lain. Gelang yang aku harapkan dari Gilang kini telah jaruh ketangan Aswar, dan aku akan mencoba untuk melupakannya, meskipun berat.
Sabtu, 24 September 2011 - 0 komentar

Hanya Aku yang Tahu

Ada nama yang terpahat sendu di dalam sini.
Rasanya rindu, sampai langkah tak ingin kugiring kembali.

Memori.
Kalau air mata bisa mewakili jutaan kata kata, maka ya, aku menangis malam ini.

Kadang aku berharap waktu bisa memutar ulang cerita kita.
Tapi sobekan kalender tetap maju ke arah yang berbeda.

Perasaan ini tidak pernah terdefinisikan.
Memang tidak akan.

Perasaan ini hanya akan menjadi malam-malam kelabu di setiap penghujung waktu.
Karena tidak ada yang tahu.
Aku begitu merindukanmu.

Aku kerap menyingkapkan gorden ketika malam tiba.
Dan saat aku siap meneriakkan namamu pada bentangan langit berbintang.
Aku selalu sadar, tidak ada yang akan mendengar.

Kita semua tahu kau telah pergi terlalu jauh.

Tapi hanya aku yang tahu.
Namamu.
Masih terpahat sendu di dalam sini.
Menemaniku di setiap malam biru sampai pagi.
Hanya ingin seseorang tahu.
Ada aku disini yang begitu merindukanmu.

- Mii Yukaishinsei '11
Rabu, 14 September 2011 - 3 komentar

Tuhan Tolong

Ku Berdiri dalam kesesatan,
Berjalan tanpa kompas siap terhempas, 
Kebimbangan bertahta kala diri di persimpangan,
Bimbang hilang tapi gelap datang menyergap sebatang jiwa kembali sunyi senyap
Tuhan tolong,
Kini raga oleng di terpa kegelisahan yg meraja,
Setitik cahaya ku harap datang membawa terang.

Gesit Nurdaksina '11'
Rabu, 07 September 2011 - 0 komentar

Seribu Tanya

Harap ku hilang terbang melayang
Asa lenyap di telan gelap
Tinggal lah diri menjemput sepi
Di temani Sunyi yang datang mnghampiri hati
Simpuh ku dalam mimpi
kesempatan datang untuk kesekian kali
Seribu tanya mengapa tak ku lakukan saja dalam nyata?
Diam ku menjawab
Semua tak berarti
Karena dipikirnya ambisi ku hanya emosi
Sampai kapan ku tutup telinga,untuk tak dengar kan kata mereka
Apa harus ku terus berlari mengejar pelangi?
Setidaknya itu kata bang andrea dalam  laskar plangi...

'Gesit Nurdaksina'  ''11'